About street photography...

Phew. Tadi siang nemenin Ivan hunting sebentar di sepenggal kali Code, antara jembatan deket Tugu dan jembatan jalan Dr. Sarjito. Rencana asli Ivan sebenernya pingin motret dengan tema "Indonesia Merdeka" (don't ask me about it) tapi dia belom tau di mana enaknya lokasi huntingnya. Karena kebetulan dia juga punya rencana lain untuk motret human interest sekitar Code, akhirnya diputusin untuk hunting di sana, dengan harapan bisa hitting two birds with a stone. But the fact is... it would seem that we weren't even able to hit a single bird. Bummer. Entah Ivan nyari apanya dari Code, tapi yg jelas tadi katanya dia nggak nemuin apa yg dia cari. And me? Well, yg jelas aku sedikit banget motret tadi. Dunno, entah karena mood atau karena di tempat yg kita datengin tadi emang sedikit yg bisa dipotret. Roll Lucky sisa hunting Ngasem yg tadi rencananya mau kuabisin pun ternyata masih sisa beberapa frame.

Hmm, tapi setelah dipikir-pikir lagi mungkin emang aku yg terlalu berhemat dalam make roll. :-S Di Ngasem kemaren aku ngabisin sisa sekitar 11-12 frame dari roll Neopan... terus ganti Lucky dan motret sekitar 10 frame lagi... The sum isn't even a roll. Dalam jangka waktu sekitar 1 jam hunting. Should I have shot more? Yg jelas ketimbang biasanya aku motret digital, itu jauh lebih sedikit.

Anyway, balik lagi ke Code. Tadi pas motret² kayanya aku mulai menyadari sesuatu. Atau mungkin sebenernya bukan tadi, tapi kemaren malem ketika aku ngikutin sebuah diskusi mengenai street photography di satu komunitas di Flickr (buat yg punya account Flickr, go here). Dulu aku mikir bahwa dengan motret human interest di tempat² umum itu udah masuk kategori street photography. Seenggaknya street photography dalam konteksnya di Indonesia. Tapi kemudian aku teringet satu postingan dari seorang street photographer di komunitas tadi, yg isinya kurang lebih adalah bahwa street photography terutama menekankan pada momen² di mana subyek foto (manusia) melakukan aktivitas yg memiliki kualitas tertentu yg spesifik/unik, entah aktivitas itu dilakukan individual, interaksi dengan manusia yg lain, atau mungkin interaksi dengan built environment di sekitarnya, baik langsung ataupun tidak langsung. Modiaaaar, mumet ra kowe!!! ;P Uh, anyway, to put it simple: in street photography, something gotta be happening inside the frame. Dan keliatannya, semakin banyak yg terjadi, semakin bagus.

So now, what does all that have to do with me? Well, sebenernya gampang aja: ternyata apa yg kukira street photography selama ini, bukanlah street photography. Setidaknya bukan seperti apa yg dimaksudkan oleh mereka² yg menekuni bidang ini di luar negeri sono. Aku emang belakangan ini sering motret orang di tempat umum, tapi kalo diliat-liat lagi... most of the times, the subjects of my photos barely do anything. Aku semata-mata cuma menempatkan mereka dalam sebuah konteks lokasi di mana mereka berada, itu aja. Dan itu terasa banget tadi pas motret² di Code. Setelah beberapa shots, kebanyakan yg kuambil rasanya lebih ke arah street portraiture. Not that street portraiture is necessarily bad, cuman dalam hati aku sedikit kuciwa aja karena ternyata aku belom bisa sampe di level motret human interest seperti apa yg kuinginkan. Gotta practice more. :)

Onto the photos! Well, actually there's barely any. Mwahahahahah! Ya tadi kan udah kubilang aku dikit banget ngambil foto di sana. Kebanyakan masih tetep di film, cuman sekitar 10 shots yg make digital. And they're not interesting too. Dua berikut ini yg aku "rada" suka.


Sucks, ey? Dan ini ada satu snap oleh Ivan, dimana aku terliat sedang nyoba ngambil satu snap anak² di Code... quite the active ones, they were. Udah jarak fokus minimal lensa terbatas, mereka gerak² mulu...


Yah, mudah-mudahan dari film nanti ada yg bisa lebih menarik. Setidaknya ada 2-3 frame yg mestinya jadi. Dan oh, omong² soal film, beberapa negatif film Neopan yg di postingan sebelum ini kubilang kurang bagus discan kemaren udah kucetakin... dan walau aku nggak sepenuhnya puas dengan hasil cetakan ini (kenapa sih setiap kali nyetak pasti ada bagian yg dicrop sama mereka? Arrrgh!), tapi satu frame yg bener² kuharepin jadi untungnya bener:


Dan yg ini, terrible focusing but I somehow like the content. Everyone's looking at different directions:

And that's all for now folks! Catch you all later. :)

1 comment:

Percha said...

wah ini genre favorit saya, fotografi nan demokratis, bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dimana saja, dan dengan jenis kamera apa saja. Setuju dengan tips & saran untuk mendalami street photography diatas, membantu saya dalam menekuni fotografi ini.
Saya juga pernah membahas fotografi jalanan dan ruang publik di artikel blog yang saya tulis sbb :
http://ardikapercha.com/blog/berkenalan-dengan-street-photography/

thanks for sharing this ya :)